The first time I heard this song,
I wasn’t really listening to its lyric. Aku cuma menikmati iramanya yang asik, yang bikin aku menghentakkan kaki dan menggoyangkan kepala. Kali kedua dengerin, aku semakin tertarik nih sama
liriknya. Aku mulai kepo lagu ini bercerita tentang apa.
Ternyata lagu ini adalah kisah seorang gadis bernama Brandy. Dia kerja di sebuah bar nearby a huge port somewhere in a western bay. Banyak pelaut yang
singgah di bar itu. Melihat Brandy, mereka berkomentar, “Brandy, you’re a fine girl. What a good wife you
would be! Yeah your eyes could steal a sailor from the sea.”
Bagian lirik yang ini bikin aku
membayangkan Brandy adalah gadis cantik berambut pirang dan bermata biru. Ia murah senyum, kenal semua pelanggannya, dan sangat cekatan saat bekerja. Everybody loves Brandy.
Lalu mulailah lagu ini bercerita
tentang liontin yang dikenakan Brandy. Ada nama seorang pria dalam liontin tersebut. Brandy tampaknya mencintai pria ini. Dia seorang pelaut yang sering mampir ke kota tempat Brandy tinggal dan bawain Brandy berbagai macam hadiah dari negeri yang jauh. Pria ini pelaut sejati. Dia mencintai petualangannya di laut lepas.
Selama mereka menghabiskan waktu bersama, sang pelaut sering bercerita tentang kisah penjelajahannya dengan penuh gairah. Brandy menikmati kisah-kisah itu. Aku mulai berhenti menghentakkan kaki. Pikiranku terhanyut mengikuti lakon hidup Brandy dan sang pelaut.
“But he made it clear he couldn’t stay, no harbor was his home.
The sailor said, ‘Brandy, you’re a fine girl. What a good wife you would be! But my life, my lover, my lady is the sea.”
“Yeah, Brandy used to watch his eyes when he told his sailor stories.
She could feel the ocean fall and rise. She saw his ragin’ glory.
But he had always told the truth, lord, he was an honest man.
But he had always told the truth, lord, he was an honest man.
And Brandy does her best to understand!”
Whoa... Wait. What? Come on Brandy! Kamu dikasih kado sama cowok, diceritain kisah petualangannya, dipuji bisa menjadi istri yang baik, tapi habis itu dia tinggalin kamu dan kamu 'do your best to understand'?!
Well. Kalau aku jadi Brandy sih aku
sedih banget. Aku suka pria itu dan setahuku dia pun begitu. Hanya satu masalahnya, dia nggak mau menetap. Dia mencintai petualangannya lebih dari dia mencintaiku.
Kalau aku jadi Brandy, I
don’t think I could understand. Kenapa dia lebih pilih mengarungi lautan, mencari tantangan? Kenapa nggak mengutamakan hidup yang stabil lalu menikah denganku?
Tapi setelah kupikir-pikir lagi, yaah, Brandy bisa apa? Sekalipun
dia meronta-ronta, pria itu tetap pergi. Mungkin Brandy bisa mengancam akan mencelakai dirinya sendiri, sampai akhirnya sang pelaut iba dan memilih tinggal. Tapi setelah itu apakah akan happy ending? Kalau nanti akhirnya mereka
menikah, punya anak, berumah tangga, tapi pelaut itu lebih seneng keluyuran ke luar rumah,
Brandy bisa apa?
Kalau Brandy marah, suaminya bisa berkilah,
“Udah aku jelasin ke kamu dari dulu, aku lebih senang berlayar. Kamu sih waktu itu pakai ngancem bunuh diri! Sekarang aku udah nggak berlayar lagi nih. Belum puas juga kamu?" (Hahaha imajinasiku kejauhan)
“At night, when the bars close down, Brandy walks through a silent town.
And loves a man who’s not around, she still can hear him say…
‘Brandy, you’re a fine
girl. What a good wife you would be!
But my life, my lover, my lady is the sea.’”
But my life, my lover, my lady is the sea.’”
So, Brandy chooses to do her best
to understand. Brandy tidak marah dan kecewa berlarut-larut, tidak menyalahkan masa lalu saat pertama bertemu dan jatuh cinta dengan lelaki itu, juga tidak mengharapkan
ia kembali lagi di masa mendatang. Brandy menghayati perasaan cintanya pada sang pelaut tanpa
memaksakan hidup berjalan tepat sesuai keinginannya.
Meskipun mungkin kenyataan hidup terasa
pahit bagi Brandy, tapi Brandy menerima takdir apa adanya.
---
Draf tulisan ini aku susun malam-malam di Lantai Bumi, Pogung, Yogyakarta. Kalau gak salah antara bulan Agustus atau September 2018 deh (aku lupa persisnya). Terus setelah kemarin beberes laptop lama, nemu lagi tulisan ini, aku edit sedikit deh.
Btw, dengerin lagu aja sampai direnungin gini banget yaa. Antara kurang kerjaan atau lagi nunda-nunda kerjaan lain nih kayaknya waktu itu hahaha.
---
Draf tulisan ini aku susun malam-malam di Lantai Bumi, Pogung, Yogyakarta. Kalau gak salah antara bulan Agustus atau September 2018 deh (aku lupa persisnya). Terus setelah kemarin beberes laptop lama, nemu lagi tulisan ini, aku edit sedikit deh.
Btw, dengerin lagu aja sampai direnungin gini banget yaa. Antara kurang kerjaan atau lagi nunda-nunda kerjaan lain nih kayaknya waktu itu hahaha.
Comments
Post a Comment