Skip to main content

The Good Place.


Sebenernya aku bukan tipe yang suka nonton film series, simply karena takut ketagihan dan ganggu kerjaan. Yang mana daripada beneran terjadi saat aku nonton drama korea haha. Sampai kadang jadi nggak produktif di kantor karena jam 2an siang gitu ngantuk banget. Tapi, karena libur akhir tahun kemarin aku cukup selo, akhirnya aku memilih nonton The Good Place. Dan ku suka banget banget!

The Good Place Poster (Source)

Secara singkat, menurut wikipedia, kisah The Good Place adalah sebagai berikut:
Eleanor, a deceased saleswoman who lived a morally corrupt life, finds herself in a heaven-like afterlife in a case of mistaken identity and tries to hide her past in order to stay there.

The Good Place bicara tentang moral ethics dan teori-teori filsafat tapi dibawakan dengan ringan dan sangat lucu. Aktingnya juga bagus bagus banget. O my God. Favoritku adalah aktingnya The Judge yang super cringey but hilarious, Shawn, Janet yang kayaknya layak dapet nominasi penghargaan, Eleanor, dan semua-muanya deh hahaha.

(Source)

Aku marathon nonton season 1 sama Niken dan Ave waktu kami lagi nginep bareng. Script-nya sangat cerdas. Tiap episode hanya sekitar 20 menitan, tapi siap-siap aja karena hampir di semua episode, setiap tinggal 2-3 menit terakhir pasti skenarionya akan bikin kita pengen nonton terus. Aku sama Ave bahkan nontonnya sampai jam 3 pagi. Season 1-nya bikin ngakak banget dan banyak yang lucu-lucu-freak gitu.


(Source)


Selanjutnya Season 2, 3, dan 4 aku tonton sendiri. Nah, sejak di season 2 skenario-nya mulai bikin orang semakin ikutan mikir filsafat. Moral imperative, self identity, nihilism, dan segala macem philosophical topics you’d like to understand but to lazy to learn dijelaskan lewat dialogues atau scenes di film ini.

Di Season 3 mulai ada scene yang bikin emosional, nggak hanya lucu-lucuan. Ada satu scene tentang Eleanor yang sedang putus asa dan frustrasi berat. Di satu sisi, dia udah berusaha mati-matian melakukan yang terbaik for a greater good (setelah selama ini jadi orang nyebelin), tapi di sisi lain memilih menjadi baik itu membuat dia harus berkorban perasaan dan energi. Di scene itu Eleanor-nya sih nggak nangis, tapi dasar aku orangnya mewekan, nonton Eleanor frustasi gitu bikin aku nangis. Aku ikut kebawa perasaan terpuruk, sedih, dan patah semangat yang dia tunjukkan.

(Source)

Ada banyak insights dan quotes yang aku dapet selama nonton The Good Place. Some of them are:
  1. Bukan soal you’re a good or a bad person, tapi soal mau kah kamu selalu berusaha menjadi lebih baik dari dirimu yang kemarin?
  2. If it is for a greater good, just never give up. No matter how dark the future path is.
  3. Do kindness not for the sake of getting rewards, do it because that’s what we owe to each other.
  4. Acknowledge that we all have fear and insecurities, that way kita nggak menjatuhkan atau merendahkan orang lain just for the sake of feeling good and powerful.
  5. Happiness is not always fun. (Setuju 100%!)
  6. Jangan nge-judge orang lain sebelum kita belajar berempati terhadapnya. Everyone has been through a lot, dan kadang seseorang becoming an ashhole karena dia sendiri sedang menderita.
  7. If we know all the answers, life wouldn’t be as much thrilling as it is now.

(Source)

Nah, film ini ada 4 season. Season ke 4 nya ada 13 episodes. Hingga liburan kemarin aku udah nonton sampai episode 9 dan menunggu beberapa episodes terakhir selesai tayang di bulan Januari ini. Sekarang sudah tayang sampai episode 12 dan tinggal satu episode lagi; episode finale.

It’s really bittersweet untuk mengakhiri sesuatu yang menyenangkan. Aku sempat berharap filmnya diproduksi terus, tapi aku juga menyadari bahwa mengetahui sebentar lagi series ini akan berakhir lah yang bikin nontonnya jadi kerasa lebih seru dan berharga.

Sama aja kayak hidup ini kan, knowing everything will end eventually is what make every second of our life more meaningful and precious. 😊

Comments

Popular posts from this blog

Throwback

Setelah dua kali ops ke daerah Gunungkidul dan melewati kota Wonosari, aku teringat sesuatu. Awal kelas 12 dulu, aku pernah hidup selama satu minggu bersama orang-orang desa di Wonosari.  Kegiatan itu disebut live in. Aku sebenarnya sudah pernah menulis soal live in di blog ini, tapi tidak lengkap. Ada tulisan lengkapku tentang live in, yang kubuat karena diwajibkan sekolah (hehe), tapi hanya dipublish di blog kelasku. Nah, demi mempermudah dokumentasi, aku mau copy paste tulisan lengkap live in-ku ke sini. hehehe.  *** Memilih Bahagia oleh Eunike Adiprasasti / XIIA2/ 11 Hari pertama sampai di Wonosari saya merasa takut sekaligus excited. Siapa yang akan jadi keluarga saya? Bagaimana rumah saya nanti? Apa saja yang harus saya kerjakan? Dan, pertanyaan  yang paling sering muncul adalah apakah saya akan menikmati hidup di sana? Saya bukan orang yang melihat situasi hanya dari nikmat atau tidak nikmatnya saja. Saya punya rasa gengsi yang tinggi untuk m...

Brief Answers to the Big Questions - Stephen Hawking

  (curhat sambil semi review buku) I used to think of Stephen Hawking as someone sarcastic and bitter as Richard Dawkins. (Kalau ada yang pernah baca bukunya Dawkins, misalnya yang the God Delusion, pasti mengenali kekhasan cara pandangnya terhadap kreationisme dan hal gaib lai nnya. Kaku bener beb kayak kanebo kering.😅) Secara mendasar, sama seperti Dawkins, Hawking pun menolak kreationisme. Tapi, Hawking expressed  his belief about creationism and other big questions humans have ever had in a kind and humorous way. He did not diminish the magical feeling toward the awe-inspiring universe. But at the same time was also trying to rationally explain how this remarkable world works. Jadi kayak bisa bikin pembaca over-optimistic dan bodoh seperti saya merasa it’s okay to questioning everything sambil tetap hopeful about life… He certainly was a lovely and witty man. Dalam bukunya, Brief Answers to the Big Questions, Hawking menjelaskan konsep-konsep theoretical ph...