Skip to main content

Terima

Di SMA dulu, setiap hari Sabtu selalu ada ekskul. Suatu kali, guru kesayangan kelas ekskulku tidak datang. Aku beserta teman sekelas protes keras. Kami kecewa. Segala usaha kami kerahkan demi mendesak pihak sekolah mendatangkan guru kesayangan kami. Apa daya, situasi lah yang ternyata menahan datangnya sang guru kesayangan. Pada akhirnya, seorang guru lain yang menangani masalah ini menghibur, “Sudah ya. Kita sama-sama tahu, bahwa tidak semua dalam hidup kita terjadi sesuai dengan yang kita harapkan. Ya kan, nak?”

Klise. Simpel. Tapi menusuk.

Kembali kurasakan kemarin. Line ku hilang. Semua history chat terhapus. Awal mulanya, hanya karena hapeku ngehang dan entah apa maunya hape tua ini, begitu kupencet tombol home akun line, aku malah ke log out.

Panik, aku mencoba bertanya pada orang di kanan dan kiriku. Saat itu masih kelas. Aku sempat keluar kelas menuju kamar kecil dan berpapasan dengan seorang teman. Dia juga tidak paham. Katanya, ‘udah coba googling belum?’ Ah benar juga. Aku coba googling, dan gak menemukan jawaban juga. Malah nemu cara menyimpan chat line. Nah masalahnya sekarang aku nggak bisa masuk ke line tanpa kehilangan semua history chat. Hiks.

Masih tidak rela kehilangan semua chat, aku bertanya via whatsapp pada seorang teman yang aku yakin paham banget hal beginian. Dia malah menyarankan untuk sekalian di clear data. Implied that nasib lineku ya sudah sampai segitu saja. Walau aku sudah tahu, masih juga kutanya, “Ini nasib line ku udah fixed nih? Hilang semua?”

Ia hanya menjawab dengan tiga huruf singkat dan serangkaian emoticon. Mengukuhkan nasib lineku.

TIDAAAAK!!!!

Hilang sudah semua. Banyak memori dalam chat history lineku. Sejak pertama hape ini di tangan sampai sekarang, belum pernah sekalipun kuhapus dengan mudah chat-chatku. Aku biasanya orang yang paling terakhir keluar dari grup chat atau multi chat yang hanya sementara. Simply because it’s too hard for me to let go. Aku sering kepo dengan pembicaraanku dengan teman-teman dulu. kadang aku scroll sampai atas obrolan dengan para sahabat dan some special friends. Just to reminisce the fun and the hardships we’ve been through.

Hiks.

ya, I know I sound alay. But I just can’t deny the sadness.

Butuh waktu sekian detik untukku akhirnya berani menekan tombol ok, tanda aku masuk kembali ke akun line dan menghilangkan chat lama. Memang apa yang kita inginkan terkadang tidak bisa terjadi. Yang penting berjiwa besar dan terima kenyataan hidup aja lah.


18/8/2016

Comments

Popular posts from this blog

Throwback

Setelah dua kali ops ke daerah Gunungkidul dan melewati kota Wonosari, aku teringat sesuatu. Awal kelas 12 dulu, aku pernah hidup selama satu minggu bersama orang-orang desa di Wonosari.  Kegiatan itu disebut live in. Aku sebenarnya sudah pernah menulis soal live in di blog ini, tapi tidak lengkap. Ada tulisan lengkapku tentang live in, yang kubuat karena diwajibkan sekolah (hehe), tapi hanya dipublish di blog kelasku. Nah, demi mempermudah dokumentasi, aku mau copy paste tulisan lengkap live in-ku ke sini. hehehe.  *** Memilih Bahagia oleh Eunike Adiprasasti / XIIA2/ 11 Hari pertama sampai di Wonosari saya merasa takut sekaligus excited. Siapa yang akan jadi keluarga saya? Bagaimana rumah saya nanti? Apa saja yang harus saya kerjakan? Dan, pertanyaan  yang paling sering muncul adalah apakah saya akan menikmati hidup di sana? Saya bukan orang yang melihat situasi hanya dari nikmat atau tidak nikmatnya saja. Saya punya rasa gengsi yang tinggi untuk m...

Brief Answers to the Big Questions - Stephen Hawking

  (curhat sambil semi review buku) I used to think of Stephen Hawking as someone sarcastic and bitter as Richard Dawkins. (Kalau ada yang pernah baca bukunya Dawkins, misalnya yang the God Delusion, pasti mengenali kekhasan cara pandangnya terhadap kreationisme dan hal gaib lai nnya. Kaku bener beb kayak kanebo kering.😅) Secara mendasar, sama seperti Dawkins, Hawking pun menolak kreationisme. Tapi, Hawking expressed  his belief about creationism and other big questions humans have ever had in a kind and humorous way. He did not diminish the magical feeling toward the awe-inspiring universe. But at the same time was also trying to rationally explain how this remarkable world works. Jadi kayak bisa bikin pembaca over-optimistic dan bodoh seperti saya merasa it’s okay to questioning everything sambil tetap hopeful about life… He certainly was a lovely and witty man. Dalam bukunya, Brief Answers to the Big Questions, Hawking menjelaskan konsep-konsep theoretical ph...