Berulang kali aku
menggeleng keheranan melihat cara waktu berjalan. Waktu adalah teman sekaligus
musuh. Frenemy. Dia tidak acuh pada mereka yang memelas ingin menetap di satu masa. Juga pada mereka yang tersedan mengharapnya lekas berlari. Dia hanya melangkah sesuai takdirnya.
Jika waktu punya
perasaan, mungkin dia akan memperlambat diri kala melihat dua sejoli mengikat
kasih dalam kebahagiaan yang tak terpikirkan. Jika waktu punya perasaan,
mungkin dia berusaha mempercepat langkah demi membantu mereka yang kehilangan orang tersayang dan ingin mengubur rasa pedihnya.
Untungnya, waktu tidak berperasaan. Dia hanya mengikuti titah Sang Mahakekal. Dia berjalan
abai. Dihujat dia tak peduli, dipuji juga tak peduli. Dia menyendiri,
melakukan tugasnya yang hakiki.
Comments
Post a Comment