Skip to main content

Lintang


Namanya Lintang. Salah satu siswi di SLB N 1 Yogyakarta. Aku bertemu dengannya saat menjadi sukarelawan di acara Muda Menginspirasi goes to SLB yang diadakan komunitas Muda Menginspirasi. Pada mulanya ia terlihat kesal waktu aku mengelus kepangan rambutnya atau menyentuh kaos kakinya. Ia tidak mau menghabiskan kolak pisang meski sudah kusuapi. Ia memilih duduk pada saat teman-temannya berloncat-loncatan melihat pesulap.

Tapi aku tidak menyerah. Selama acara berlangsung aku terus menemani dan duduk di sampingnya. Pada saat pemutaran film-film pendek, tanpa kuduga, ia bersandar padaku dan mencium pipiku! Duh, senangnya...

Yang lebih menyenangkan adalah, dia mau mengambil pudding-nya sendiri dan menolak saat akan kusuapi. Padahal, sebelum itu, salah satu guru mengingatkanku untuk membantu Lintang, karena biasanya dia tidak akan makan kalau tidak disuapi. Setelah mengunyah beberapa sendok pudding, ia menyodorkan puddingnya ke mulutku dan malah menyuapiku!

Pada satu kesempatan, aku menanyakan alamat rumahnya sambil berharap bisa bermain lagi di lain waktu. Ia menjawab singkat, “Jogja.”

Walaupun aku sadar Lintang belum dapat menjelaskan alamat rumahnya padaku, aku tidak menyerah dan kembali bertanya, “Em, Jogja sebelah mana, Lintang?”

Ia hanya menggeleng tak acuh sambil sibuk menyendoki pudding-nya. Aku tersenyum. Ya sudahlah. Aku tidak mungkin memaksa. Aku putuskan untuk menikmati saja detik-detik bermain bersama Lintang.

Terima kasih untuk 2 jam waktu mainnya, Lintang. Terima kasih telah mengajariku, meski tanpa kata -kata, agar selalu mensyukuri hidup dan anugerah di dalamnya. Semoga Tuhan selalu mengingatmu dan memenuhi hidupmu dengan kasih sayang.

Comments

Popular posts from this blog

Throwback

Setelah dua kali ops ke daerah Gunungkidul dan melewati kota Wonosari, aku teringat sesuatu. Awal kelas 12 dulu, aku pernah hidup selama satu minggu bersama orang-orang desa di Wonosari.  Kegiatan itu disebut live in. Aku sebenarnya sudah pernah menulis soal live in di blog ini, tapi tidak lengkap. Ada tulisan lengkapku tentang live in, yang kubuat karena diwajibkan sekolah (hehe), tapi hanya dipublish di blog kelasku. Nah, demi mempermudah dokumentasi, aku mau copy paste tulisan lengkap live in-ku ke sini. hehehe.  *** Memilih Bahagia oleh Eunike Adiprasasti / XIIA2/ 11 Hari pertama sampai di Wonosari saya merasa takut sekaligus excited. Siapa yang akan jadi keluarga saya? Bagaimana rumah saya nanti? Apa saja yang harus saya kerjakan? Dan, pertanyaan  yang paling sering muncul adalah apakah saya akan menikmati hidup di sana? Saya bukan orang yang melihat situasi hanya dari nikmat atau tidak nikmatnya saja. Saya punya rasa gengsi yang tinggi untuk m...

Brief Answers to the Big Questions - Stephen Hawking

  (curhat sambil semi review buku) I used to think of Stephen Hawking as someone sarcastic and bitter as Richard Dawkins. (Kalau ada yang pernah baca bukunya Dawkins, misalnya yang the God Delusion, pasti mengenali kekhasan cara pandangnya terhadap kreationisme dan hal gaib lai nnya. Kaku bener beb kayak kanebo kering.😅) Secara mendasar, sama seperti Dawkins, Hawking pun menolak kreationisme. Tapi, Hawking expressed  his belief about creationism and other big questions humans have ever had in a kind and humorous way. He did not diminish the magical feeling toward the awe-inspiring universe. But at the same time was also trying to rationally explain how this remarkable world works. Jadi kayak bisa bikin pembaca over-optimistic dan bodoh seperti saya merasa it’s okay to questioning everything sambil tetap hopeful about life… He certainly was a lovely and witty man. Dalam bukunya, Brief Answers to the Big Questions, Hawking menjelaskan konsep-konsep theoretical ph...