Skip to main content

Semarang and Jogja Trip (Day 3, 4, & 5)

So,
aku jadi udah terlalu males untuk ngelanjutin cerita Semarang-Jogja, karena mungkin udah terlalu lama juga ceritanya gk kusentuh. Oleh karena itu, sekarang aku cuma pengen cerita sedikiiit aja tentang hari ke tiga, empat, dan lima aku jalan-jalan. Tepatnya tanggal 24-26 April 2014.

Hari ke 3 dan 4 aku lewati dengan keliling-keliling Jogja. Yang paling seru buatku adalah:
  •  Ke Keraton all by myself. Kalau kalian lagi jalan sendiri dan lagi ngirit (atau pelit) sehingga nggak mampu (atau nggak mau) bayar guide, aku punya tips jitu supaya perjalanan tetap penuh makna: ikuti diam-diam tour guide yang lagi nemenin pengunjung. Dijamin, Anda tidak akan tersesat. Plus poinnya bisa nguping penjelasan tour guide!
  •  Met a nice old friend, Yobel. Makan di warung gado-gado lothek entah di daerah mana. Gua mah ikut aja. Itu juga yang makan dia doang, aku cuma minum jus. Ditraktir pulak. Hahaha. Habis itu sorenya nge-mall… di Amplaz (Ambarukmo Plaza)… nggak seru ya?
  • Malamnya, setelah penantian yang agak panjang, Greda jemput aku di rumah Tante Pipin dan Tante Titik. Si manis satu itu awalnya janji jemput aku jam enam lewat. Ehh jam enam lewat dua jam lebih baru akhirnya Greda datang. Hmmm…
  • Jam 9 teng. Baru aja nyampe rumah Greda. Belum sempat aku duduk, Greda udah nyeret aku ke motornya lagi. Ternyata, sodara-sodara, agenda malam ini adalah: Malioboro. Ahh, sungguh tak kuasa aku menolaknya. Jadilah aku dibonceng Greda berkeliling-keliling kota Yogyakarta di malam hari.


  • Malam itu ternyata di area Malioboro lagi ada acara anak-anak gaul Jogja sepedaan gitu. Kata Greda, sih, emang setiap Malam Sabtu terakhir tiap bulannya ada acara orang sepedaan itu. Jam 11 malem waktu kami baru jalan dari Malioboro, balik ke rumah Greda, sepeda-sepeda itu juga ternyata baru bubaran. Beberapa dari mereka sempet jalan ke arah yang sama dengan kami. Jadi, kami dikerubungi gerombolan pesepeda. Rame dan seruu banget.

  • Hari ke 4. Pagi-pagi, aku dan Greda, nganter adiknya Greda, Bergas, ke sekolah naik motor. Dan, kami ngelewatin Candi Sambisari. Asli, keren parah. Kami lewat situ sekitar jam enam lewat, saat di mana matahari lagi bersinar cantiiiiiik banget. Apalagi waktu cahayanya nimpa dinding batu candi. Wuihh, indaaaah banget. Sayang beribu sayang, pagi itu aku nggak kepikiran untuk bawa kamera. Hiks.

  • Siangnya aku dan Greda pergi ke Taman Sari. Ini juga tempat yang keren banget. Walaupun untuk nyari Masjid bawah tanah-nya Taman Sari susaaahnya gak karuan. Harus pake acara nyasar-nyasar gak jelas dulu. Bahkan kami sampai nemu bagian dari Taman Sari yang super duper creepy karena bagian dalam bangunannya gelap luar biasa (padahal waktu itu lagi siang bolong long long) dan di daerah situ entah kenapa sepi buanget, kami nggak ketemu orang sama sekali (padahal dekat situ daerah pemukiman).
Underground Mosque in Taman Sari


  • Akibat paginya sudah terhipnotis oleh kecantikan Candi Sambisari, akhirnya sore itu kami menjenguk si Sambisari. Ehhh ternyata Sambisari pada sore hari tidaklah secantik Sambisari pada pagi hari. Mungkin karena sore itu awannya lagi kelabu gitcu deh, jadi mataharinya kurang bagus. Yahhhh… tambah nyesel deh tadi pagi nggak bawa kamera.

  • Setelah perjalanan panjang yang melelahkan sekaligus menyenangkan seharian penuh, aku dan Greda langsung tepar setepar-teparnya. Besoknya, pagi-pagi sekali, jam 4, aku bangun. Beres-beres. Bangunin Greda. Pamit dan berterima kasih ke Papanya Greda yang udah bangun. Minta tolong dipamitin ke mamanya Greda dan Bergas yang masih tidur. Terus, pergi deh ke Bandara. Dibonceng Greda yang baik hati dan tidak sombong itu tentunya.

  • Lima menit kemudian, kami sampai di Bandara. Nah, di sini nih seru banget. Kayaknya pagi itu both me and Greda lagi masih setengah sadar gitu kali ya. Terus, tiba-tiba aja, motor Greda mati mesinnya. Gak tanggung-tanggung, itu motor milih matinya pas kita lagi di tengah-tengah rel kereta. Di rel, saudara-saudara. Parahhhhhh. Malu, campur stress, campur takut jadi satu. Namun akhirnya dengan perjuangan sekuat tenaga dan doa sepenuh hati, sampai juga kita di depan bandara.

  • Belum selesai sampai di situ. Aku pelukan sama Greda, bilang thank youuu banget. Terus aku titip salam dan terima kasih sekali lagi buat Papanya, Mamanya, dan Bergas. Nah, udah kan nih. Terus Greda balik. Motornya melaju pelan-pelan. Tiba-tiba, aku kok ngerasa ada yang aneh. Ternyata bener aja. Pas aku raba kepala, helm-nya Greda masih aku pake! Waduh.. hahahaha. Langsung lah gue teriak-teriak sambil ngejar Greda di pagi buta itu. Untuuung aja Greda belum terlalu jauh baliknya.

  • Dan, akhirnya pagi itu pukul 05.55 berangkatlah pesawat yang kutumpangi menuju Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta.


Bye bye Jogja. See u next time.


THE END

*eh, ternyata ceritanya nggak jadi sedikit ya huehehehe. Sorry, jadi kebablasan cerita soalnya…

Comments

Popular posts from this blog

Throwback

Setelah dua kali ops ke daerah Gunungkidul dan melewati kota Wonosari, aku teringat sesuatu. Awal kelas 12 dulu, aku pernah hidup selama satu minggu bersama orang-orang desa di Wonosari.  Kegiatan itu disebut live in. Aku sebenarnya sudah pernah menulis soal live in di blog ini, tapi tidak lengkap. Ada tulisan lengkapku tentang live in, yang kubuat karena diwajibkan sekolah (hehe), tapi hanya dipublish di blog kelasku. Nah, demi mempermudah dokumentasi, aku mau copy paste tulisan lengkap live in-ku ke sini. hehehe.  *** Memilih Bahagia oleh Eunike Adiprasasti / XIIA2/ 11 Hari pertama sampai di Wonosari saya merasa takut sekaligus excited. Siapa yang akan jadi keluarga saya? Bagaimana rumah saya nanti? Apa saja yang harus saya kerjakan? Dan, pertanyaan  yang paling sering muncul adalah apakah saya akan menikmati hidup di sana? Saya bukan orang yang melihat situasi hanya dari nikmat atau tidak nikmatnya saja. Saya punya rasa gengsi yang tinggi untuk m...

Brief Answers to the Big Questions - Stephen Hawking

  (curhat sambil semi review buku) I used to think of Stephen Hawking as someone sarcastic and bitter as Richard Dawkins. (Kalau ada yang pernah baca bukunya Dawkins, misalnya yang the God Delusion, pasti mengenali kekhasan cara pandangnya terhadap kreationisme dan hal gaib lai nnya. Kaku bener beb kayak kanebo kering.😅) Secara mendasar, sama seperti Dawkins, Hawking pun menolak kreationisme. Tapi, Hawking expressed  his belief about creationism and other big questions humans have ever had in a kind and humorous way. He did not diminish the magical feeling toward the awe-inspiring universe. But at the same time was also trying to rationally explain how this remarkable world works. Jadi kayak bisa bikin pembaca over-optimistic dan bodoh seperti saya merasa it’s okay to questioning everything sambil tetap hopeful about life… He certainly was a lovely and witty man. Dalam bukunya, Brief Answers to the Big Questions, Hawking menjelaskan konsep-konsep theoretical ph...